Assalammu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh,

    "  Apa sih itu postingan ngulik ? apa bedanya sama ngonfig ? ". Jadi gini, buat kita belajar tentang banyak konfigurasi yang saling berkesinambungan itu bakalan kita bahas di postingan ngonfig. Nah kalau di postingan ngulik itu kita bakalan bahas hal-hal yang berbau fundamental dan fokus pada satu materi tertentu. Contohnya adalah tentang static route yang bakalan kita pelajari di blog ini sama-sama dan hanya terfokus ke static route saja. Jadi pada intinya ngonfig dan ngoprek adalah dua buah jenis postingan di blog ini yang punya korelasi. Okelaah itu cuma intro penting gak penting sebenernya wuehehehe. 



     Okee deh sekarang di Ngulik 1 ini kita bakalan belajar tentang routing static. Apa sih itu routing static ? Jadi gini, arti kata route sendiri adalah rute / arah dan static adalah diam / tidak aktif / tetap. Kesimpulannya adalah sebuah rute yang bersifat tetap atau tidak aktif tanpa perubahan yang dilakukan secara manual. 

Di routing static ini kita bakalan bahas tentang 4 poin, yakni :

  • Static Routing        
  • Default Route             
  • Floating Static
  • IPv6 Static Routing

 1.) Static Routing

      Static Routing adalah sebuah perutean arah traffic dari sebuah jaringan yang didefinisikan secara manual oleh si network engineer itu sendiri. Nanti ada lagi yang namanya Dynamic Routing, tapi nanti kita bahasnya. Static Routing itu dipakai ketika sebuah network tujuan bisa dijangkau oleh source network dengan rute yang telah ditentukan oleh si network engineer tersebut tanpa melakukan update routing table secara otomatis yang dilakukan oleh router.

Kelebihan :

1.) Tingkat keamanan lebih terjamin karena hanya si network engineer yang mengetahui rute mana saja beserta IP Mapping dari jaringan tersebut, sehingga akan menyulitkan bagi orang yang ingin melakukan sebuah kejahatan terhadap jaringan tersebut, misalnya adalah mengubah rute traffic dari yang seharusnya.

2.) Proses troubleshoot menjadi lebih mudah karena router telah diketahui ke arah mana saja ia akan koneksi.

Kekurangan :

1.) Tidak cocok untuk jaringan berskala besar karena tidak efisien untuk melakukan definisi network tujuan satu-satu dengan manual dengan skala jaringan yang besar.

2.) Maintenance akan terasa tidak efisien karena jika ada penambahan sebuah router pun akan merubah routing table dari banyak router yang harus dilakukan manual satu per satu.

LAB STATIC ROUTING

 
Topologi Static Routing


      Masukkan IP Address dan IP Loopback berdasarkan pada topologi di atas, lalu ikuti sintaks konfigurasi di bawah ini :

POLA : ip route [alamat tujuan] [netmask tujuan] [next hop / exit interface] 

R1

R1>enable 
R1#conf t
R1(config)#ip route 2.2.2.2 255.255.255.255 121.0.0.2
R1(config)#ip route 3.3.3.3 255.255.255.255 131.0.0.2


R2 

R2>enable 
R2#conf t
R2(config)#ip route 1.1.1.1 255.255.255.255 121.0.0.1
R2(config)#ip route 3.3.3.3 255.255.255.255 121.0.0.1
R2(config)#ip route 131.0.0.0 255.255.255.252 121.0.0.1


R3 
R3>enable 
R3#conf t
R3(config)#ip route 1.1.1.1 255.255.255.255 131.0.0.1
R3(config)#ip route 2.2.2.2 255.255.255.255 131.0.0.1
R3(config)#ip route 121.0.0.0 255.255.255.252 131.0.0.1


      Jika sudah benar konfigurasinya maka seharusnya sudah bisa PING antar router, baik menggunakan IP pada interface ataupun Loopback.






    
     Silakan teman-teman lakukan PING pada semua router, disini saya hanya menampilkan hasil PING dari router R2 ke R3. Jika konfigurasinya sesuai dengan konfigurasi di atas, maka seharusnya bisa dilakukan PING terhadap setiap router. 


 2.) Default Route

      Default Route adalah sebuah rute yang mendefinisikan sebuah destination address ( alamat tujuan ) yang dianggap match di semua rute. Jadi ketika kita tidak mengetahui IP tujuan secara spesifik untuk mengirim sebuah packet data dari alamat sumber, kita bisa menggunakan default route sebagai alamat tujuannya. Alamat default route adalah 0.0.0.0 .


LAB DEFAULT ROUTE


Topologi Default Route
     Disini kita masih menggunakan topologi dan mapping IP Address yang sama dengan topologi yang sebelumnya mengenai static route. Pada dasarnya kita akan menggunakan default route sebagai destination address dan memasukkannya ke dalam routing table secara manual ( static routing ).

R1

R1>enable 
R1#conf t
R1(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 131.0.0.2
R1(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 121.0.0.2

R2

R2>enable 
R2#conf t
R2(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 121.0.0.1

R3

R3>enable 
R3#conf t
R3(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 131.0.0.1

 Catatan :

      Bisa kita lihat dari konfigurasi pada R1 terdapat dua rute yang didefinisikan yakni default route menuju network yang melewati IP Address 131.0.0.1 dan 121.0.0.1 . Pada kasus ini router akan memilih IP Address 131.0.0.1 sebagai jalur utamanya, sehingga ketika R3 melakukan PING ke R2 tidak akan reply. Namun ketika R2 yang melakukan PING ke R3 akan reply. Ini semua karena ketika sebuah rute memiliki Administrative Distance yang sama, maka router akan memberlakukan the longest-match route rule, yakni router akan memilih jalur yang terdapat IP Address yang lebih besar / prefix lebih besar.



 3.) Floating Static

      Floating Static adalah sebuah cara untuk mengubah administrative distance sebuah routing protocol. Biasanya digunakan ketika sebuah link terdapat 2 buah route dan menyiapkan 1 rutenya untuk backup ketika link utama down / mati. Pada contoh kasus sebelumnya pada default route, disitu terdapat sebuah link yang memiliki dua buah rute dengan AD yang sama. Disini kita bisa memilih mana rute utama dan mana rute backup dengan cara menambahkan nilai administrative distance pada rute yang akan dijadikan backup sehingga nilai AD nya lebih besar dari pada AD pada rute utama.


LAB FLOATING STATIC 




Topologi Floating Static

     Topologi dan IP Address masih sama dari yang sebelumnya, begitu juga dengan konfigurasinya seperti pada konfigurasi static routing namun sedikit perbedaan pada akhir konfigurasinya, yakni penambahan nilai AD pada link yang akan dijadikan backup.


R1

R1>enable 
R1#conf t
R1(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 131.0.0.2 10
R1(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 121.0.0.2

R2

R2>enable 
R2#conf t
R2(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 121.0.0.1

R3

R3>enable 
R3#conf t
R3(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 131.0.0.1


     Teman-teman bisa lihat pada konfiguras R1 di baris ke-3 terdapat angka 10. Maksud angka 10 disini adalah penambahan nilai AD static route yang defaultnya adalah 1, kini menjadi 10. Maka rute yang akan dipakai nanti oleh router adalah 121.0.0.2 karena nilai AD nya masih default. Berikut adalah tabel routing protocol berdasarkan nilai AD nya :


Nilai default AD ( Administrative Distance )


      Jadi aturan yang diberlakukan oleh router ini adalah menjadikan prioritas utama nilai AD yang paling rendah, berdasarkan studi kasus kita kali ini dan merujuk pada tabel di atas, kita bisa menganalisis kenapa rute 121.0.0.2 menjadi rute utama ketika kita menambahkan nilai AD pada R1.

Sebelum mengubah nilai AD

Sesudah mengubah nilai AD
      Bisa kita lihat dari gambar di atas bahwa setelah melakukan penambahan nilai AD, maka rute yang tadinya menjadi rute kedua, kini menjadi rute utama. Pada penerapan floating static ini bisa kita lakukan salah satunya untuk failover. Apa itu failover ? nanti kita bahas di ngulik selanjutnya hehehe.



3.)IPv6 Static Routing

      IPv6 Static Routing sama dengan static routing yang sudah kita bahas di awal tadi, yang membedakan hanyalah ini menggunakan IPv6. Untuk pembahasan IPv6 nya sendiri nanti kita akan bahas di artikel yang nanti saya akan post.



LAB IPV6 STATIC ROUTING

Topologi IPv6 Static Routing

     Topologi ini tetap sama seperti sebelumnya, namun sekarang yang berbeda adalah IP Address yang kita pakai. Jika sebelumnya kita memakai IPv4, maka sekarang kita memakai IPv6 sebagai alamat jaringan dari masing-masing interface. Ada beberapa konfigurasi yang berbeda namun konsepnya tetap sama. Perlu diperhatikan pada kasus ini perlu adanya pengaktifan ipv6 unicast-routing pada setiap router karena kita akan melakukan routing menggunakan IPv6. Jangan lupa masukkan IP Address berdasarkan IP Address mapping di atas. Berikut adalah hanya konfigurasi untuk melakukan static routingnya :


R1

R1>enable 
R1#conf t
R1(config)#ipv6 route 2002::1/128 2012::1
R1(config)#ipv6 route 2003::1/128 2013::1
R1(config)#ipv6 unicast-routing

R2

R2>enable 
R2#conf t
R2(config)#ipv6 route 2001::1/128 2012::2
R2(config)#ipv6 route 2013::/64 2012::2
R2(config)#ipv6 route 2003::1/128 2012::2
R2(config)#ipv6 unicast-routing

R3

R3>enable 
R3#conf t
R3(config)#ipv6 route 2001::1/128 2013::2
R3(config)#ipv6 route 2012::/64 2013::2
R3(config)#ipv6 route 2002::1/128 2013::2
R3(config)#ipv6 unicast-routing


      Jika sudah selesai konfigurasi dan sesuai seperti konfigurasi di atas, seharusnya sudah bisa melakukan PING antar router. Seperti gambar di bawah ini :

PING R1 ke loopback R3

PING R3 ke loopback R2

PING loopback R2 ke loopback R3
     Silakan untuk teman-teman mencoba traceroute atau PING ke router lainnya dan pastikan berhasil semua. Jika masih unreachable atau request timed out maka ada yang salah dari konfigurasinya. Bisa dari konfigurasi routing, konfigurasi IP Address, ataupun malah penempatan kabelnya. Kalau gagal, yaaa coba lagi ! we shouldn't give up in learning wuhehehee.....Sekian NGULIK kita kali ini, bila ada yang didiskusikan atau ada yang perlu dikoreksi dari NGULIK 1 ini, dengan senang hari saya menunggu komentar dari teman-teman baik di kolom komentar blog ini atau sosial media saya hehe.

Wassalammu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Post a Comment

Previous Post Next Post